Entri Populer

Tampilkan postingan dengan label Ayo Berpikir. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Ayo Berpikir. Tampilkan semua postingan

Selasa, 12 Juli 2011

Lumrah jika SD-SMP Gratis

JAKARTA— Komisi X DPR RI setuju-setuju saja atas usulan pemerintah agar dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) mampu mengcover seluruh biaya operasional sekolah hingga 100 persen. DPR yakin, jika gagasan ini terlaksana, maka program pendidikan wajib belajar (Wajar) 9 tahun bakal sukses lantaran menjadi gratis.

Selama ini dana BOS yang disalurkan pemerintah untuk program Wajar 9 tahun hanya mampu mengcover 70 persen biaya operasional.

Anggota Komisi X DPR RI, Popong Otje Djundjunan mengatakan, memang saat ini sudah saatnya pendidikan wajar 9 tahun digratiskan. Apalagi saat ini juga sudah tidak ada lagi penyebutan untuk jenjang SMP kelas 1,2 atau 3.Tetapi pendidikan jenjang SD-SMP adalah kelas 1- 9.

“Saya punya pemikiran, dengan memberikan pendidikan gratis dari mulai jenjang kelas 1- 9 tersebut akan lebih fokus. Dalam melakukan evaluasinya sendiri, juga akan lebih hemat tenaga, waktu dan biaya,” ungkap Popong di Gedung DPR RI, Jakarta, Kamis (9/6).

Sedang Anggota Komisi X DPR RI, Dedi Gumelar mengatakan, program Wajar 9 tahun yang digratiskan memang sudah sepatutnya dilakukan karena sesuai dengan amanat undang-undang. “Program Wajar 9 tahun ini harus diselesaikan dengan baik. Ini adalah kewajiban pemerintah untuk memberikan pendidikan yang layak dan sudah menjadi amanat undang-undang,” ujar Dedi. (cha/jpnn)

Sabtu, 09 Juli 2011

Guru SD Dianjurkan Ikuti Kampanye PDI-P

Gak usah jauh2 deh contoh dari ketidak komitmen.
Ada sebuah partai, pagi2 sudah kampanye di kala orang sedang pergi ke
kantor. Slogannya bunyinya begini, bersihkan indonesia, putihkan Jakarta,
gunakan hati nurani.

Jumat, 08 Juli 2011

BKD Merangin Kembalikan Guru SD yang Pindah Tanpa Izin Kepsek

TRIBUNNEWS.COM, BANGKO - Seorang guru dari SDN 150 Lubuk Bumbun, Kecamatan Margo Tabir, Merangin yang sudah sempat pindah tanpa sepengetahuan dan rekomendasi dari kepala sekolah yang bersangkutan, akhirnya dikembalikan ke sekolah asalnya.
Kepala SDN 150 Darmis, mengatakan, surat pengembalian dari Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Merangin, sudah sampai di sekolah. "Surat itu sampai pada Sabtu (18/6) lalu. Intinya, mengembalikan lagi guru tersebut ke SD 150," ujarnya kepada tribunjambi.com, Selasa (21/6/2011).

Senin, 20 Juni 2011

2014, Terancam Krisis Guru SD Dampak Kebijakan 1974

Selasa, 25 Januari 2011
KEBUMEN -- Kebijakan pemerintah yang dikeluarkan tahun 1974 terasa dampaknya mulai tahun depan. Kabupaten Kebumen terancam mengalami krisis tenaga pendidik atau guru, terutama untuk guru sekolah dasar (SD). Puncak krisis diprediksi terjadi mulai 2014.

Sekretaris Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga

Kadisdiksu evaluasi sertifikasi guru

Pemerintah Provinsi Sumatera Utara (Pemprovsu) bersama pemerintah kabupaten/kota, sepakat untuk melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan sertifikasi guru di Sumut. Karena setelah beberapa tahun dilakukan sertifikasi,  terungkap hasilnya belum terukur dan memang belum pernah dilakukan evaluasi terhadap guru-guru yang sudah mengikuti sertifikasi.
“Selama ini, para guru yang sudah mengikuti sertifikasi tidak menunjukkan peningkatan dalam kualitas mengajar. Bahkan sama dengan guru-guru yang belum mengikuti proses sertifikasi . Tidak ada evaluasi dan hasil yang ingin dicapai secara terukur,” kata Kepala Dinas Pendidikan Sumut (Kadisdiksu), Syaiful Syafri, sore ini.
Diakuinya, selama ini belum pernah dilakukan evaluasi terhadap hasil sertifikasi tersebut. Namun demikian, katanya, pihaknya segera akan menyiapkan formula dan mekanisme pelaksanaan evaluasi tersebut mulai tahun 2012 nanti.
“Memang selama ini, sertifikasi lebih menekankan pada peningkatan kesejahteraan guru. Akan tetapi, ke depannya hal itu akan menjadi perhatian kami, tentunya dengan melakukan evaluasi terhadap program sertifikasi ini,” katanya.
Syaiful Syafri menambahkan, menyahuti keinginan Plt Gubsu, Gatot Pudjo Nugroho, maka Dinas Pendidikan Sumut memprioritas pembangunan pendidikan tahun 2012 akan meningkatkan pendidikan anak usia dini (PAUD), pemberdayaan SMK berbasis lokal dalam rangka alumninya siap untuk bekerja. Meningkatkan kualitas guru ke jenjang lebih tinggi, bantuan kesejahteraan guru dan beasiswa bagi murid tidak mampu akan semakin ditingkatkan.
“Rehabilitasi ruang belajar, laboratorium, perpustakaan dan lingkungan sekolah yang sehat maupun pendidikan karakter menjadi perhatian serius,” kata Syaiful.
Kadis Pendidikan Sumut juga, kecewa dengan adanya keterlambatan penyaluran dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) ke sekolah-sekolah. “Saya kecewa masih ada kadis pendidikan kabupaten/kota yang memperlambat pencairan dana BOS. Selain itu,” kata Syaiful Syafri.         
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Kota Medan, Hasan Basri mengatakan,  fokus sertifikasi sepertinya hanya pada peningkatan kesejahteraan guru, karena ada tunjangan bagi yang sudah disertifikasi. “Kesejahteraan guru sangat penting, namun hasilnya tidak kalah penting,” tegasnya.
Hasan berharap, agar Dinas Pendidikan Sumut menyiapkan formula dan target yang terukur dari pelaksanaan sertifikasi. Hal ini untuk menghasilkan guru-guru yang merupakan tulang punggung, dalam peningkatan kualitas pendidikan yang baik dan memang ahli di bidangnya masing-masing. “Jangan sampai sertifikasi ini justru tidak memberi perubahan pada kualitas pendidikan, sementara di sisi lain banyak guru yang menginginkan sertifikasi tersebut,” ujarnya.
http://www.cpns2011-2012.com/

Minggu, 15 Mei 2011

Sertifikasi bagi Guru

Sertifikasi guru merupakan salah satu upaya pemerintah dalam meningkatkan kualitas guru sehingga pembelajaran di sekolah menjadi berkualitas. Peningkatan program lain, yaitu peningkatan kualifikasi akademik guru menjadi S1/D4, peningkatan kompetensi guru, pembinaan karir guru, pemberian tunjangan guru, pemberian maslahat tambahan, penghargaan, dan perlindungan guru.
Sertifikasi guru melalui uji kompetensi memperhitungkan pengalaman profesionalitas guru, melalui penilaian portofolio guru. Sepuluh komponen portofolio guru akan dinilai oleh perguruan tinggi penyelenggara sertifikasi guru. Bagi guru yang belum memenuhi batas minimal lolos, akan mengikuti pendidikan dan pelatihan hingga guru dapat menguasai kompetensi guru.

Rabu, 13 April 2011

Satu Anak Satu Laptop
One Laptop Per Child (OLPC)
“Ini adalah proyek pendidikan, bukan proyek laptop.”
Misi

Hampir semua dari dua-milyar anak-anak di negara yang sedang berkembang pendidikannya adalah kurang, atau tidak menerima pendidikan sama sekali. Satu antara tiga tidak lulus kelas lima SD.

MissionKonsekwensi individu dan sosial oleh krisis global ini adalah sangat signifikan (profound). Anak-anak terikat di dalam kemiskinan dan isolasi — seperti orang tuanya — dan tidak pernah tahu pengaruh kehidupan mereka yang dapat menjadi dari "the light of learning" (sinar pendidikan). Selama ini, pemerintah-pemerintah mereka berjuang untuk berkompetisi di dunia global dan ekonomi informasi global yang cepat merubah, yang dibeban oleh "urban underclass" (masyarakat kota) yang terus meningkat dan tidak dapat mandiri, maupun berkontribusi, karena mereka tidak mempunyai alat-alat untuk melakukan itu.

Ini sudah waktu untuk memikir ulang rumusnya.

Dengan sumber-sumber yang negara perkembang dapat mengalokasikan ke pendidikan kadang-kadang ada dibawah $20/tahun/siswa-siswi, dibanding dengan kira-kira $7500/siswa-siswi/tahun di A.S. — walapun alokasi ke pendidikan tradisional dilipad dua atau empat kali, dan dibantu oleh dana dari luar dan sumber swasta, masih tidak akan berhasil mengatasi masalahnya. Apa lagi, dari pengalaman bahwa kelihatannya "incremental increase" peningkatan gradual hal-hal pendidikan yang biasa, bangun sekolah, angkat guru, beli buku dan peralatan yang memang baik, ini adalah response yang kurang terhadap masalah membawa kesempatan-kesempatan pelajaran yang luas ke anak-anak yang bermilyadan di dunia perkembang.

Kalau berdiri dan tidak maju ini adalah sama dengan mundur.

Anak-anak bangsa adalah sumber alam yang paling terhargai. Kami percaya bahwa negara-negara yang sedang berkembang harus "leverage" menggunakan sumber ini oleh kemampuan untuk "tapping into" menggunakan kapasitas alami anak-anak untuk belajar, membagi, dan berkreatif secara mandiri. Jawaban kami untuk tantangan ini adalah XO laptop, komputer yang dirancang untuk “belajar belajar”.

XO mengintegrasikan "theories of constructionism" yang pertama di bangunkan oleh MIT Media Lab Professor Seymour Papert tahun 1960an, dan later dilanjutkan oleh Alan Kay, dilengkapi dengan prinsip-prinsip terinci oleh Nicholas Negroponte di bukunya, "Being Digital".

Validation"Sudah dites di lapangan secara luas dan divalidasikan di antara masyarakat-masyarakat yang termasuk yang paling miskin dan terisolasi di dunia, "constructionism" menekan bahwa yang Papert sebut “belajar belajar” adalah pengalaman pendidikan dasar. Sebuah komputer dapat enabel secara unik "belajar belajar" karena memberi kesempatan ke anak-anak untuk “berpikir mengenai pikiran”, secara yang tidak mungkin dengan cara lain. Mereka menggunakan komputer XO sebagai jendela ke dunia, sambil sebagai alat yang sangat dapat diprogram untuk membuka dunia, anak-anak di negara yang sedang berkembang akan membuka pengetahuan yang luas dan kreativitas mereka sendiri dan potensi untuk "problem-solving".

OLPC bukan, di harti, program teknologi, dan XO juga tidak sebagai produk di dalam arti produk secara konvensional. OLPC adalah organisasi "non-profit" yang menyediakan "means to an end" solusi yang dapat melihat anak-anak di daerah yang sangat terisolasi di dunia diberikan kesempatan untuk menggunakan dan meningkatkan potensi mereka sendiri, dan mengakses dunia idea-idea dari seluruh dunia, dan berkontribusi untuk membuat dunia yang lebih produktif dan sehat mental.
Ilmu Teknologi Pendidikan
Kegiatan Belajar Mengajar (KBM)
 
Sebelum kita dapat membahas isu-isu Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) kita perlu membahas secara lebih dalam isu-isu dan prioritas untuk pendidikan yang bermutu dan tujuannya KBM dalam proses mengarah ke pendidikan yang bermutu.

Apakah tujuan KBM adalah untuk menyampaikan informasi tertentu (pengetahuan) atau mengajar salah satu "skill" (keterampilan) kepada pelajarnya? Atau ada tujuan yang lebih luas?


Kami masih ingat pada waktu Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) baru muncul di Indonesia secara formal. Di lapangan banyak guru sedang bingung. Bingung karena ada beberapa hal termasuk banyak kompetensi yang disebut dalam kurikulum yang bukan kompetensi, atau sangat sulit diukur. Salah satu masalah besar adalah guru-guru bingung karena mereka tidak dapat percaya bahwa mereka akan punya cukup waktu untuk mengajar les masing-masing untuk menyampaikan dan "assess" (menilaikan) begitu banyak kompetensi.

Padahal ini bukan masalah karena kita tidak perlu mengajar kompetensi-kompetensi itu masing-masing. Di dalam satu kelas kita dapat mengajar beberapa kompetensi sekalian dan juga assess beberapa kompetensi sekalian.

Sebenarnya di setiap kelas kita wajib untuk mengajar sebanyak kompetensi mungkin dalam waktunya bila memakai KBK atau tidak
.

Apa itu Pendidikan Yang Bermutu?


Sebetulnya ada banyak definisi untuk pendidikan yang bermutu tetapi kami merasa bahwa definisi ini dari UNICEF (di bawah) adalah cukup lengkap:
  • Pelajar yang sehat, mendapat makanan bergizi yang cukup dan siap berpartisipasi dalam proses belajar, yang didukung dalam proses pembelajaran oleh keluarga dan linkungannya.
  • Environmen yang sehat, aman, melindungi dan "gender-sensitive", dan menyediakan sumber-sumber pembelajaran dan fasilitas yang cukup.
  • Konten dalam kurikulum dan bahan pembelajaran yang relevan untuk belajar "basic skills", khusus "literacy, numeracy and skills for life", dan pengetahuan mengenai isu-isu seperti "gender, health (kesehatan), nutrisi, HIV/AIDS prevention and peace (kedamaian)".
  • Proses-proses di mana guru-guru yang terlatih menggunakan sistem pembelajaran "child centered" di kelas dan sekolah yang di-manage dengan baik dan di mana ada penilaian yang baik untuk melaksanakan pembelajaran dan menurunkan isu-isu perbedaan.
  • Outcomes yang termasuk pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap, dan berhubungan dengan tujuan-tujuan (goals) nasional untuk pendidikan dan partisipasi sosial yang positif.
Bagaimana kita dapat melaksanakan Pendidikan yang Bermutu di Indonesia?
Yang pertama kita harus sadar bahwa kesehatan adalah isu pendidikan. Itu sebabnya Pendidikan Network mempunyai bagian berita khusus "Pendidikan & Kemiskinan" karena isu-isu kemiskinan dan kesehatan adalah dua faktor yang sangat mempengaruhi mutu pendidikan (untuk semua) di negara kita.

"Environmen yang sehat" Puluhan ribu sekolah di negara kita adalah rusak atau ambruk. Kalau kita menuju pendidikan yang bermutu "untuk semua" ini harus sebagai prioritas utama terhadap keadilan di bidang pendidikan. Walapun sumber-sumber pembelajaran dan fasilitas adalah isu yang sangat penting semua siswa-siswi di Indonesia berhak untuk mengakses sekolah yang aman dan nyaman.

"Konten dalam kurikulum dan bahan pembelajaran yang relevan untuk belajar basic skills". Kurikulum adalah isu yang terus perlu ditingkatkan sesuai dengan kebutuhan siswa-siswi untuk menghadapi masa depan dengan keberanian dan kreativitas, kalau negara kita berharap kemajuan.

Biasanya ada tiga kurikulum sebetulnya; kurikulum nasional, kurikulum daerah (mungkin konten lokal termasuk bahasa), dan kurikulum sekolah (mencerminkan keinginan dan kebutuhan lingkungan sekolah termasuk masyarakat dan industri). Kurikulum sekolah adalah isu yang sangat penting dan dapat di bentukkan dalam kegiatan ekstra-kurikular untuk menambah pembelajaran agama, sosial, kemandirian, keterampilan yang berhubungan dengan industri lokal (kejuruan), dll. Kurikulum sekolah dapat sangat membantu dengan isu-isu mutu SDM.

"Proses-proses di mana guru-guru yang terlatih menggunakan sistem pembelajaran child centered"
Apa maksudnya "child centered"?
Child centered adalah sistem pembelajaran di mana fokus pembelajaran adalah dengan pelajar bukan guru. Guru sebagai fasilitator atau manajer proses pembelajaran. Misalnya di TK guru-guru sering mengajar anak-anak lewat kegiatan mainan. Di dalam kegiatan-kegiatan ini adalah pembelajaran misalnya pembelajaran isu sosial, hitung, bergambar, cerita dalam kata-kata sendiri, keterampilan kreativitas, dll.

Di tingkat SD sampai SMP sudah ada banyak contoh dan bukti
penghasilan dari proses "Child Centered Learning" yang disebut Pengajaran Aktif, Kreatif, Efektif yang Menyenangkan (PAKEM) atau Pembelajaran Kontekstual di situs Basic Education (MBE).

Di tingkat SMU
kita masih dapat menyaksikan banyak kegiatan pembelajaran di sekolah-sekolah menengah yang belum Student Centered. Mungkin karena masih banyak guru belum kenal dengan proses, atau seperti kami sudah mendengar di lapangan bahwa guru-guru masih ragu-ragu bahwa mereka dapat selesai menyampaikan kurikulum dalam waktunya kalau menggunakan proses PAKEM. Padahal lewat proses PAKEM siswa-siswi dapat belajar sangat cepat maupun enjoy (nikmat) pembelajaran sambil menambah pembelajaran "life skills" misalnya manajemen, kemandirian, penelitian, dll, sambil belajar topik utama#.

#Ingat di atas bahwa kami sebut
"di setiap kelas kita wajib untuk mengajar sebanyak kompetensi mungkin dalam waktunya bila memakai KBK atau tidak"

Ini adalah salah satu isu yang sangat membedakan sekolah nasional dengan sekolah internasional
. Beberapa sekolah nasional sudah melaksanakan proses pembelajaran kontekstual misalnya Madania di Parung, Bogor, Jawa Barat.

Di Perguruan Tinggi
kita dapat menyaksikan kegiatan belajar mengajar di kebanyakan kelas yang paling pasif. Proses pembelajarannya biasanya sangat 'dosen centered' dengan mahasiswa/i dalam keadaan DM (duduk manis) dan jarang terkait dalam proses pembelajaran.

Apakah harus begini?
Pasti Tidak!

Dosen-dosen, sama dengan guru-guru di sekolah, wajib untuk mengaktifkan mahasiswa/i dalam proses pembelajaran
. Kita perlu menggunakan strategi-strategi, walapun kelasnya adalah besar, di mana mahasiswa/i adalah seaktif mungkin dalam proses pembelajaran.

Apakah anda yang dosen yang membaca ini pernah ikut program seminar yang ceramah atau pidato sepanjang hari? Apakah anda ingin tidur atau pulang? Sekarang kebanyakan presenter menggunakan laptop dan data projector. Apakah ada bedanya? Setelah dua atau tiga presentasi apa anda ingin tidur atau pulang juga? Sama saja kan?

Yang akan paling meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia adalah kalau kita di semua tingkat pendidikan menghidupkan/mengaktifkan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), bukan isu seperti teknologi.

Teknologi Pendidikan adalah alat bantu untuk di mana ada kesempatan untuk meningkatkan mutu KBM
, tetapi teknologinya harus cocok dan tidak perlu terlalu canggih. Kalau kita sering menggunakan teknologi yang sama, bila paling canggih, pelajar kita juga akan cepat mulai bosen. Sering teknologi yang paling membantu tujuan KBM kita adalah yang paling sederhana.

Sabtu, 02 April 2011

Budaya

Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia.
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi.[1] Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni.[1] Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbada budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari.[1]
Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia.[2]
Beberapa alasan mengapa orang mengalami kesulitan ketika berkomunikasi dengan orang dari budaya lain terlihat dalam definisi budaya: Budaya adalah suatu perangkat rumit nilai-nilai yang dipolarisasikan oleh suatu citra yang mengandung pandangan atas keistimewaannya sendiri."Citra yang memaksa" itu mengambil bentuk-bentuk berbeda dalam berbagai budaya seperti "individualisme kasar" di Amerika, "keselarasan individu dengan alam" d Jepang dan "kepatuhan kolektif" di Cina. Citra budaya yang brsifat memaksa tersebut membekali anggota-anggotanya dengan pedoman mengenai perilaku yang layak dan menetapkan dunia makna dan nilai logis yang dapat dipinjam anggota-anggotanya yang paling bersahaja untuk memperoleh rasa bermartabat dan pertalian dengan hidup mereka.
Dengan demikian, budayalah yang menyediakan suatu kerangka yang koheren untuk mengorganisasikan aktivitas seseorang dan memungkinkannya meramalkan perilaku orang lain.
                                                   om'wiki

Rabu, 30 Maret 2011

Sosialisasi UU Pramuka, gimana tuh....

Biaya Sosialisasi Undang-Undang Pramuka Rp 5 Miliar

ANTARA/R. Rekotomo. Sosialisasi UU Gerakan Pramuka. 28 Maret 2011
TEMPO Interaktif, Semarang – Pengurus kwartir daerah menyayangkan besarnya biaya sosialisasi Undang-Undang Gerakan Pramuka yang diselenggarakan Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga. “Biaya Rp 5 miliar itu bisa untuk mengadakan 10 kali Jambore Daerah Papua dengan peserta 7.000 pramuka penggalang,” kata Ketua Harian Kwartir Daerah Provinsi Papua Amos Asmuruf, Minggu 27 Maret 2011 kemarin.
Sosialisasi UU Gerakan PramukaSabtu 26 Maret 2011 lalu, Wakil Presiden Boediono membuka acara sosialisasi di kampus Universitas Negeri Semarang. Acara bertema “Satu Pramuka untuk Satu Merah Putih” ini diikuti 485 ketua kwartir cabang (kabupaten/kota); kwartir daerah; kepala dinas pendidikan, pemuda, dan olahraga tingkat provinsi di seluruh Tanah Air; serta unsur lainnya.
Total ada 1.200 peserta yang menginap di 10 hotel bintang empat di Semarang. Selain itu, ada 300 pramuka penegak dan pandega yang berkemah di halaman kampus. Kemarin rangkaian acara sosialisasi itu ditutup Rektor Universitas Negeri Semarang.
Dalam sambutannya, Boediono menegaskan janji pemerintah membantu pengembangan gugus depan pramuka. “Gerakan pramuka merupakan wadah yang baik untuk membentuk karakter bangsa,” katanya. Dia berharap para pelajar tidak hanya berseragam pramuka seminggu sekali, tapi benar-benar mengikuti latihan kepramukaan.
Deputi Bidang Pengembangan Pemuda Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga Zubakhrum Tjenreng menjelaskan, dana anggaran pendapatan dan belanja negara yang diberikan pemerintah untuk hajatan ini Rp 3 miliar. “Dananya memang sangat besar, karena pesertanya kami datangkan dari seluruh Indonesia,” katanya.
Ketua Kwartir Daerah Pramuka Jawa Tengah Budi Prayitno yang diserahi tugas mengelola dana Rp 3 miliar menjelaskan, alokasi dana itu untuk akomodasi, transportasi, protokoler, pengamanan, dan kesekretariatan. “Kami ini cuma ketempatan, perencanaan program semuanya dibuat pemerintah pusat,” katanya.
Dana itu belum termasuk transportasi peserta dari seluruh Tanah Air, yang kabarnya lebih dari Rp 1,6 miliar. Alhasil, jumlah keseluruhan dana APBN untuk acara akbar ini mencapai Rp 5 miliar. Wakil Ketua Kwarda Jawa Timur Singgih Setyo Sayogo menilai uang sebesar itu terlalu mewah bagi pramuka. “Tidak sesuai dengan Dasadarma Pramuka, yaitu hemat, cermat, dan bersahaja,” kata Singgih, yang menjadi wirausaha. Kami, ujarnya, yang sejak kanak-kanak menjadi pramuka, lebih nyaman tidur di tenda ketimbang di hotel berbintang.
Pendapat Singgih dibenarkan banyak peserta lain, misalnya Revfly Gerungan (Wakil Ketua Kwarda Sulawesi Utara), Editha Rahadeo (Sekretaris Kwarda Papua Barat), dan Wayan Lamun (pemimpin Kwarda Bali).
Menurut Singgih, organisasi dan kegiatan pramuka tetap berjalan ketika tidak ada dana APBN pada tahun 1999 hingga 2006. Mereka khawatir independensi organisasi jadi lemah dengan adanya dana APBN dan APBD. “Kami menolak jika bantuan pemerintah membuat pramuka didikte,” ujar Revfly, yang sehari-hari guru besar di Universitas Negeri Manado. (ROFIUDDIN)
Sumber berita: http://tempointeraktif.com 28 Maret 2011

Siswamu-siswaku Juga....

Hermin Purbawati/Repro Irul

Banyuwangi - Entah kemana perginya Hermin Purbawati (15), siswi SMA Negeri 1 Bangorejo, Banyuwangi. Sejak dua pekan terakhir, keberadaan gadis ini tidak diketahui. Terakhir kali, gadis ini terlihat saat sekola, Rabu 24 Februari 2010.

Menghilangnya, putri Sulistyo Budi Utomo (35), warga Dusun Gunungsari Kecamatan Bangorejo, Banyuwangi, menjadi tanda tanya keluarganya.

Rasa khawatir bercampur sedih menyelimuti benak, Sulistyo. Begitu juga Angga (6), adik laki-laki korban. Bocah yang baru sekolah TK tersebut selalu menanyakan keberadaan kakaknya yang tidak kunjung pulang.

"Saya bertambah susah saat adiknya terus menangis menanyakan Hermin," kata Sulistyo, saat ditemui detiksurabaya.com di rumahnya, Rabu (10/3/2010).

Wajar jika seorang adik menanyakan keberadaan kakaknya. Terlebih, Hermin yang mengasuh adiknya sedari bayi, lantaran ibu kandungnya pergi meninggalkan mereka tanpa pesan dan kabar sejak 6 tahun lalu.

Sulistyo mengisahkan, sebelum hilang tidak ada hal yang mencurigakan apapun dari anaknya tersebut. Aktivitas Hermin terlihat normal seperti biasanya. Apalagi hubungan keluarga mereka tidak ada masalah apapun, meski terbilang hidup di bawah garis kemiskinan.

Seperti halnya pagi hari sebelum korban menghilang tanpa jejak. Rutinitas tiap hari, Sulistyo mengantarkan Hermin berangkat ke sekolah yang berjarak sekitar 1,5 km dari rumahnya.

"Anak saya selalu saya antar jemput sekolah, pagi itu saya antar sampai di depan halaman kantor sekolah," terang Sulistyo dengan mata berkaca-kaca.

Siang harinya sekitar pukul 13.00 WIB, lanjut Sulistyo, ia kembali ke sekolah untuk menjemput korban. Namun setelah ditunggu-tunggu hingga seluruh siswa dan guru yang ada di sekolah pulang, batang hidung Hermin tak muncul juga.

Upaya pencarian pun dilakukan laki-laki single parent ini. Dari teman-teman sekolah, korban hingga pencarian dilakukan ke seluruh rumah saudaranya. Hasilnya tetap nihil. Hanya secuil informasi yang menyebutkan, jika Hermin di hari itu tidak masuk kelas untuk mengikuti jam pelajaran. Hermin terlihat merenung di sekitaran kantin sekolah.

"Kata temannya hari itu anak saya tidak masuk ke kelas, tapi terlihat di dekat kantin," ungkap Sulistyo lagi.

Lantaran upaya pencariannya dianggap tidak berhasil, akhirnya Sulistyo melaporkan peristiwa itu ke Polsek Bangorejo. Dengan harapan, polisi dapat mengungkap keberadaan anaknya yang hilang secara misterius. (bdh/bdh)

Rabu, 22 Desember 2010

HIDUPKAN HIDUPMU

oRANG BIJAK ATAU BUKAN AKAN SELALU ADA PIKIRAN. kARENA TANPA BERPIKIR ORANG AKAN SULIT MENGATAKAN SESUATU

Mekanisme orang berpikr sering diukur dari tata cara orang bertutur. Ada pula yang mengukurnya dengan tolok ukur satuan panjang : panjang angan-angan atau tidak orang tersebut. Panjang tangan atau tidak orang yang gak stabil, panjang langkah atau tidak untuk berusaha

Selepas dari semua itu, berpikir menjadi sangat penting bagi orang-orang sehat. Pada kenyataannya di dalam kehidupan sehari-hari orang sering berpikir dengan gila tanpa berpikir dengan sehat. Klaimnya sangat jelas orang yang berpikir itu jelas-jelas sehat dan yang gila itu orang yang tidak berpikir? Gitu yah?

Tetapi kenyataannya lain. kita sering berpikir karena kegilaan, sering gila karena berpikir, lebih gila jika berpikir dan gila itu dipermak menjadi tampilan baru sebuah cassing baru. Dalam suasana yang sama sekali tidak baru.
Ujug-ujung telah menjadi Bos di sebuah perusahaan ...dengan penampilan yang gilagilaan pula. dan siapa yang lebih Gila? coba analisa tulisan di bawah ini :

Menipis Harapan, Kangkangi Ingkar
Buat Saudaraku Suhardin Bima

Sejujurnya,...
Ketiadaan itu adalah bagian dari harap-cemasnya
Keseimbangannya adalah siswa dari ketiadaan hati
 Bukan untuk dilihat
Tetapi dibuka untuk dibuang dari sang guru
Karena...
Langkah sang durjana menindaki takdir
Dari kaki kiri sang pandir sampai istana roro kidul
Dari kaki lima sampai yang suka ngibul
Dan dari yang bahenol bin semok sampai kering kerontong
...kosong, ompong, tapi banyak omong
Artinya ada tali
                      Diantara kakikaki
                                  Ada matakaki-dikiri kakinya
                                              Ada maki ditali-talinya yang kiri
                                              Tapi tak adamiki lagi, kawan
                                  Obrolan di tengah gersang dulu
                      Hanya kaidah-kaidah yang terkangkang
                      Oleh sakitnya kakikakikita
Dan itu Pasti kawan
HANYA JUJUR DALAM HINAAN
PEDIH DALAM KURUNGAN-BAHAGIA DALAM PONGAHNYA
Hanya semen dan pasir ganjal hati-hati meraka
Yang tak pernah merasa hati hati
...Cuma di akhirnya keras membatu, tak berpasir...
Bantuannya Cuma satu ; AKU YANG BERKUASA


renunganku-video