Gak usah jauh2 deh contoh dari ketidak komitmen.
Ada sebuah partai, pagi2 sudah kampanye di kala orang sedang pergi ke
kantor. Slogannya bunyinya begini, bersihkan indonesia, putihkan Jakarta,
gunakan hati nurani.
Sekarang kalo gunakan hati nurani, masa blokir atau partkir sembarangan,
teus motong ajlan sembarangan. Apa gak kasian sama yang di bus umum? sudah
berdiri desak2 an, kena macet panjang, bahkan sebagian ada yang jalan
karena macet panjang atau kena blokir oleh sebagian oknum kampanye.
Just all yang perlu di sampaikan, jangan pernah gunakan kata hati nurani
sebelum membenahi diri sendiri. saya berbicara begini, karena memang belum
punya hati nurani.
Persaingan politik adalah wajar jika diikuti dengan tata cara yang lebih
etis. Jangan sampai ketidak etisan dikemas dengan nilai suatu investasi
yang sebetulnya tidak bisa dibangun dalam 1 atau dua tahun masa jabatan.
Sekadar selingan....
Jika kekayaan Indonesia tidak dikorup oleh yang berkuasa dulu dan sekarang
niscaya masyarakat indonesia lebih makmur dari seluruh negara asean
lainnya.
Kita butuh pemimpin jujur yang berasal dari lingkungan yang jujur juga..
Kalau pemimpin jujur tapi lingkungannya tidak jujur juga berbahaya.
deceng98 <deceng98@...> wrote:
Kang Wardiman QAD, sayangnya penyakit kambuhan dari Partai yang
menurut anda tidak pernah diekspose kok masih dilestarikan. Hanya
Cilacap lho yang kreatif jualan Buku Merah buat siswa SD, jualan Kaos
Merah buat guru SD dan sekarang "menganjurkan" ikut kampanye partai
tertentu. Kalau memang sudah terbukti banyak beramal secara langsung
dan menguntungkan warga kenapa harus konsolidasi dengan cara
yang "ajaib" begitu ?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
h2st