Yogyakarta, 4 Juni 2010. Anies Baswedan mensosialisasikan Indonesia Mengajar yang dicanangkannya sebagai solusi masalah kekurangan guru SD di daerah.
Dalam acara diskusi publik yang bertema: Peran Pemimpin Muda dalam Pendidikan, Anies menjadi pembicara utama bersama Ketua Badan Penerbitan dan Pers Mahasiswa (BPPM) Equilibrium UGM, Rahmia Hasniasari.
Diskusi berlangsung di hadapan 300-an peserta diskusi yang mayoritas mahasiswa dan alumni UGM di gedung University Club, kampus UGM, Yogyakarta. Acara ini berlangsung mulai pk. 15.00 hingga 17.00 WIB.
Anies yang juga Rektor Universitas Paramadina Mulya dalam paparannya menyebutkan Indonesia Mengajar adalah buah dari gagasan mewujudkan keinginan agar anak-anak Indonesia di mana pun harus mendapatkan pengajaran dan pendidikan dengan didampingi generasi terbaik bangsa ini. Ia menjelaskan satu studi yang melaporkan kekurangan jumlah guru yang hampir merata. Di perkotaan, sebanyak 21 persen sekolah kekurangan guru. “Di pedesaan, tercatat 37 persen sekolah. Parahnya lagi, di daerah terpencil, sebanyak 66 persen sekolah kekurangan guru. Uniknya, 68 persen sekolah di perkotaan mengalami kelebihan guru,” paparnya lagi.
Indonesia Mengajar berupaya mengurangi kesenjangan itu. Tidak hanya dalam soal jumlah, tapi juga dalam hal kualitas. Indonesia Mengajar akan merekrut lulusan terbaik dari perguruan tinggi terbaik di tanah air, melatihnya menjadi Pengajar Muda yang akan bertugas ke sekolah-sekolah hingga ke ujung negeri ini dalam skema kerja yang menarik selama setahun.
Dalam jangka pendek, dari para lulusan terbaik beberapa universitas terbaik di Indonesia itu, lahir tenaga pengajar yang andal, yang memiliki motivasi tinggi untuk menjadi cahaya bagi para siswa yang kurang beruntung di daerah terpencil. Mereka diharapkan akan mendorong kualitas belajar yang lebih baik.
Kelak, para Pengajar Muda akan menumbuhkan inspirasi bahwa menjadi guru tidak sekadar mulia, tapi juga bergengsi, menarik, dan menjanjikan sebagai profesi. Dengan demikian, negeri ini akan memiliki putra-putra terbaik bangsa yang akan mendampingi siswa dan berdiri di depan kelas.
Anies menyebutkan bahwa pada tahun 1950-an pemerintah Indonesia dalam upayanya mengisi kekurangan guru di berbagai pelosok nusantara membuat program Pengiriman Tenaga Mahasiswa (PTM) yang antara lain diikuti oleh Kusnadi Hardjasumantri (alm), Emil Salim dan Sabam Siagian. Ketiganya dikenal sebagai para tokoh nasional yang banyak berjasa dalam memajukan berbagai sektor di Indonesia.
Program PTM ini selama kurun waktu tahun 1951-1952 telah mengerahkan 1.487 mahasiswa dan mengajar di 161 SLTA (Sekolah Lanjutan Tingkat Atas atau SMU) di 97 tempat di luar Jawa. ebagian besar dari 161 SLTA tersebut dapat didirikan berkat adanya Proyek PTM, karena sebelum diadakannya Proyek PTM, terdapat tidak lebih dari 20 SLTA di luar Jawa.
Lalu di tahun 80-an, perguruan tinggi di Indonesia melanjutkan program KKN (Kuliah Kerja Nyata) yang sedikit banyak memberikan inspirasi bagi masyarakat yang dibinanya untuk mengikuti jejak mereka yaitu kuliah di perguruan tinggi ternama.
Bergabung sebagai Pengajar Muda
Untuk tahun 2010, Indonesia Mengajar akan mengirimkan 50 Pengajar Muda untuk bertugas selama setahun dengan mengajar di SD-SD daerah yang tersebar di 5 Kabupaten di pulau Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Maluku. Kelima kabupaten itu adalah Bengkalis di Riau, Tulang Bawang di Lampung, Passer di Kalimantan Timur, Majene di Sulawesi Barat dan Halmahera di Maluku Utara.
Adapun persyaratan umumnya adalah lulusan universitas terbaru dan berusia maksimal 25 tahun. Memiliki Indeks Prestasi (IP) minimal 3 dalam skala 4. Berprestasi di kegiatan akademis maupun non-akademis. Memiliki jiwa dan semangat untuk mengabdi dan mengajar di daerah. Bagi yang tertarik dan memenuhi persyaratan menjadi Pengajar Muda, silahkan mendaftar secara online di website Indonesia Mengajar (www.indonesiamengajar.org). Setelah lolos penyaringan rekrutmen online, maka para calon Pengajar Muda tadi akan dipanggil untuk wawancara dan selajutnya bagi yang lolos seleksi akan mendapat pelatihan bersertifikasi selama 2 bulan sebelum bertugas ke daerah yang telah ditentukan.
Dukungan Mendiknas
Dalam sambutan tertulis bertanggal 14 Mei 2010 untuk Indonesia Mengajar, Mohammad Nuh selaku Menteri Pendidikan Nasional RI memberikan dukungan penuh pada program ini. “Indonesia Mengajar menjadi satu contoh inisiatif masyarakat untuk mendukung upaya menciptakan manusia Indonesia yang berkualitas. Ide dan misi Indonesia Mengajar ini sejalan dengan program nasional dalam pemerataan kualitas pendidikan di seluruh wilayah Indonesia.” Demikian dukungan Mohammad Nuh dalam sambutannya itu.
Selanjutnya, Mohammad Nuh menyambut baik inisiatif penting ini dan memberikan dukungan bagi pencapaian misi Indonesia Mengajar. Inisiatif ini yang patut didukung oleh semua pihak yang memiliki kepedulian tentang pendidikan dan masa depan manusia Indonesia.***
Untuk keterangan lebih lanjut:
Endang K. Saputra
Pelasana Relasi Media Indonesia Mengajar
081310292930endang.saputra@indonesiamengajar.org
www.indonesiamengajar.org
Dalam acara diskusi publik yang bertema: Peran Pemimpin Muda dalam Pendidikan, Anies menjadi pembicara utama bersama Ketua Badan Penerbitan dan Pers Mahasiswa (BPPM) Equilibrium UGM, Rahmia Hasniasari.
Diskusi berlangsung di hadapan 300-an peserta diskusi yang mayoritas mahasiswa dan alumni UGM di gedung University Club, kampus UGM, Yogyakarta. Acara ini berlangsung mulai pk. 15.00 hingga 17.00 WIB.
Anies yang juga Rektor Universitas Paramadina Mulya dalam paparannya menyebutkan Indonesia Mengajar adalah buah dari gagasan mewujudkan keinginan agar anak-anak Indonesia di mana pun harus mendapatkan pengajaran dan pendidikan dengan didampingi generasi terbaik bangsa ini. Ia menjelaskan satu studi yang melaporkan kekurangan jumlah guru yang hampir merata. Di perkotaan, sebanyak 21 persen sekolah kekurangan guru. “Di pedesaan, tercatat 37 persen sekolah. Parahnya lagi, di daerah terpencil, sebanyak 66 persen sekolah kekurangan guru. Uniknya, 68 persen sekolah di perkotaan mengalami kelebihan guru,” paparnya lagi.
Indonesia Mengajar berupaya mengurangi kesenjangan itu. Tidak hanya dalam soal jumlah, tapi juga dalam hal kualitas. Indonesia Mengajar akan merekrut lulusan terbaik dari perguruan tinggi terbaik di tanah air, melatihnya menjadi Pengajar Muda yang akan bertugas ke sekolah-sekolah hingga ke ujung negeri ini dalam skema kerja yang menarik selama setahun.
Dalam jangka pendek, dari para lulusan terbaik beberapa universitas terbaik di Indonesia itu, lahir tenaga pengajar yang andal, yang memiliki motivasi tinggi untuk menjadi cahaya bagi para siswa yang kurang beruntung di daerah terpencil. Mereka diharapkan akan mendorong kualitas belajar yang lebih baik.
Kelak, para Pengajar Muda akan menumbuhkan inspirasi bahwa menjadi guru tidak sekadar mulia, tapi juga bergengsi, menarik, dan menjanjikan sebagai profesi. Dengan demikian, negeri ini akan memiliki putra-putra terbaik bangsa yang akan mendampingi siswa dan berdiri di depan kelas.
Anies menyebutkan bahwa pada tahun 1950-an pemerintah Indonesia dalam upayanya mengisi kekurangan guru di berbagai pelosok nusantara membuat program Pengiriman Tenaga Mahasiswa (PTM) yang antara lain diikuti oleh Kusnadi Hardjasumantri (alm), Emil Salim dan Sabam Siagian. Ketiganya dikenal sebagai para tokoh nasional yang banyak berjasa dalam memajukan berbagai sektor di Indonesia.
Program PTM ini selama kurun waktu tahun 1951-1952 telah mengerahkan 1.487 mahasiswa dan mengajar di 161 SLTA (Sekolah Lanjutan Tingkat Atas atau SMU) di 97 tempat di luar Jawa. ebagian besar dari 161 SLTA tersebut dapat didirikan berkat adanya Proyek PTM, karena sebelum diadakannya Proyek PTM, terdapat tidak lebih dari 20 SLTA di luar Jawa.
Lalu di tahun 80-an, perguruan tinggi di Indonesia melanjutkan program KKN (Kuliah Kerja Nyata) yang sedikit banyak memberikan inspirasi bagi masyarakat yang dibinanya untuk mengikuti jejak mereka yaitu kuliah di perguruan tinggi ternama.
Bergabung sebagai Pengajar Muda
Untuk tahun 2010, Indonesia Mengajar akan mengirimkan 50 Pengajar Muda untuk bertugas selama setahun dengan mengajar di SD-SD daerah yang tersebar di 5 Kabupaten di pulau Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Maluku. Kelima kabupaten itu adalah Bengkalis di Riau, Tulang Bawang di Lampung, Passer di Kalimantan Timur, Majene di Sulawesi Barat dan Halmahera di Maluku Utara.
Adapun persyaratan umumnya adalah lulusan universitas terbaru dan berusia maksimal 25 tahun. Memiliki Indeks Prestasi (IP) minimal 3 dalam skala 4. Berprestasi di kegiatan akademis maupun non-akademis. Memiliki jiwa dan semangat untuk mengabdi dan mengajar di daerah. Bagi yang tertarik dan memenuhi persyaratan menjadi Pengajar Muda, silahkan mendaftar secara online di website Indonesia Mengajar (www.indonesiamengajar.org). Setelah lolos penyaringan rekrutmen online, maka para calon Pengajar Muda tadi akan dipanggil untuk wawancara dan selajutnya bagi yang lolos seleksi akan mendapat pelatihan bersertifikasi selama 2 bulan sebelum bertugas ke daerah yang telah ditentukan.
Dukungan Mendiknas
Dalam sambutan tertulis bertanggal 14 Mei 2010 untuk Indonesia Mengajar, Mohammad Nuh selaku Menteri Pendidikan Nasional RI memberikan dukungan penuh pada program ini. “Indonesia Mengajar menjadi satu contoh inisiatif masyarakat untuk mendukung upaya menciptakan manusia Indonesia yang berkualitas. Ide dan misi Indonesia Mengajar ini sejalan dengan program nasional dalam pemerataan kualitas pendidikan di seluruh wilayah Indonesia.” Demikian dukungan Mohammad Nuh dalam sambutannya itu.
Selanjutnya, Mohammad Nuh menyambut baik inisiatif penting ini dan memberikan dukungan bagi pencapaian misi Indonesia Mengajar. Inisiatif ini yang patut didukung oleh semua pihak yang memiliki kepedulian tentang pendidikan dan masa depan manusia Indonesia.***
Untuk keterangan lebih lanjut:
Endang K. Saputra
Pelasana Relasi Media Indonesia Mengajar
081310292930endang.saputra@indonesiamengajar.org
www.indonesiamengajar.org
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
h2st