Entri Populer

Jumat, 08 Juli 2011

Tunjangan Sertifikasi Tersendat?

BAHAGIA dan bangga dirasakan guru-guru dari beberapa SD unggulan di Sulsel saat terpilih mengikuti pendidikan lanjutan ke strata satu di Universitas Terbuka. Impian menyandang titel sarjana sekaligus perbaikan nasib di depan mata.

Program beasiswa pendidikan ke jenjang strata satu diperoleh 40 guru SD unggulan pada 2007 dan 2008 lalu dari Pemprov Sulsel. Para pendidik sekolah dasar ini dijanjikan biaya pendidikan hingga kuliah selesai atau setidaknya hingga semester sepuluh.

Maka terdaftarlah 40 guru SD itu sebagai mahasiswa program strata satu pendidikan guru semester enam pada Universitas Terbuka. Perkuliahan dilakukan di Hotel Grand Palace pada semester enam dan berlanjut di kampus Lembaga Administrasi Negara (LAN) Antang pada perkuliahan semester tujuh.
Awalnya tidak ada masalah dengan perkuliahan mahasiswa hingga semester tujuh. Pengakuan salah seorang guru dari daerah selatan Sulsel, para guru diberi uang Rp4 juta setiap akhir semester dan seluruh biaya pendidikan ditanggung Pemprov Sulsel.

Perkuliahan terlaksana minimal tiga kali sebulan di hotel. Guru-guru dari beberapa daerah datang ke Makassar mengikuti perkuliahan, kemudian kembali lagi ke tempat tugas masing-masing setelah kuliah selesai dilakukan dalam waktu tiga hari.

Masalah mulai muncul pada semester delapan. Perkuliahan tidak lagi terlaksana serta dana rutin selama dua semester tidak diperoleh lagi. Para mahasiswa yang tak lain guru-guru SD unggulan di daerahnya pun pulang kampung karena tidak memiliki biaya.

Informasi terhentinya perkuliahan pun tidak pernah mereka peroleh dari Pemprov Sulsel maupun dari pihak Universitas Terbuka. "Biaya penginapan, kuliah, hingga makan seluruhnya ditanggung Pemprov Sulsel. Tapi setelah dana dihentikan, kami tidak bisa melanjutkan pendidikan," tutur sumber FAJAR, Jumat, 1 Juli.

Perempuan yang sangat berharap bisa segera menyandang titel sarjana di belakang namanya, mengaku tidak bisa seperti enam teman lainnya yang memilih tetap melanjutkan pendidikan meskipun dengan biaya sendiri. Betapa tidak, selain menanggung sendiri biaya perkuliahan, juga harus memikirkan biaya penginapan selama di Makassar.

Enam guru SD unggulan dari beberapa daerah memilih tetap melanjutkan perkuliahan daripada harus putus pendidikan di tengah jalan. Tapi konsekuensinya, dana sendiri harus dikeluarkan untuk biaya perkuliahan dan biaya hidup selama di Makassar.

Guru-guru yang berharap bisa memperbaiki mutu pendidikan di daerah masing-masing melanjutkan perkuliahan di semester sembilan dan sepuluh. Setiap semester, mereka harus mengeluarkan biaya sedikitnya Rp2,5 juta hanya untuk kegiatan perkuliahan saja.

"Daripada terhenti di tengah jalan, lebih baik lanjut saja meskipun harus mengeluarkan biaya sendiri. Memang terasa berat sekali menanggung biaya pendidikan. Tapi daripada tidak selesai dan sia-sia, terpaksa harus mengeluarkan dana," tutur guru SD unggulan itu.

Meskipun demikian, dia tetap berharap Pemprov Sulsel memberikan informasi tentang terhambatnya dan melanjutkan kembali pembiayaan beasiswa pendidikan strata satu di Universitas Terbuka.

Beberapa guru mulai menduga, terhentinya biaya pendidikan karena program beasiswa bagi guru SD unggulan juga telah dihentikan. Dugaan lain, telah terjadi penyalahgunaan dana yang seharusnya masih dapat digunakan para guru melanjutkan pendidikan.

Titel sarjana bagi pahlawan tanpa tanda jasa yang memberikan ilmu bagi anak-anak di tingkat pendidikan paling dasar bukan sekadar gengsi. Sarjana berarti lebih banyak ilmu yang diperoleh dan bisa ditularkan kepada anak didiknya.

Andai saja proyek beasiswa bagi guru-guru SD unggulan tidak terhenti, semua pesertanya sudah menyandang gelar sarjana pendidikan di belakang namanya. Namun, itu harus terkubur seiring mandeknya proyek pembiayaan dari Pemprov Sulsel. (tim)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

h2st

renunganku-video