Kendati sudah puluhan tahun berprofesi sebagai guru SD, namun hal itu dinilai tidak menjamin seorang guru masuk kategori professional. Menurut dewan pendidikan Kota Blitar, dari sekitar 1000 guru SD dikota Blitar hanya sekitar 10 persennya saja yang professional.
Hal itu seperti diungkapkan Saiful Rifa’I, ketua dewan pendidikan Kota Blitar. Dari pengamatannya pada proses Pendidikan dan Pelatihan profesi Guru (PLPG), yang diikuti guru-guru SD termasuk dari Kota Blitar yang saat ini masuk pada putaran ketiga yang berlangsung di kampus UNM Kota Blitar, pihaknya melihat hanya 5 hingga 10 persen guru SD saja yang masuk kategori professional,
misalnya bisa menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), serta bisa melakukan penelitian tindakan kelas, yang merupakan persyaratan utama bagi seorang guru professional, sehingga guru mempunyai inovasi serta data analisis. Kondisi ini menurutnya tidak jauh beda dengan kondisi secara global guru SD di Kota Blitar yang mencapai ribuan, bahwa sekitar 10% nya saja yang masuk kategori professional, meski banyak diantaranya yang telah mengabdi menjadi guru puluhan tahun.Sementara itu kondisi ini tidak ditampik oleh Heri Sukanto, S.Pd, M.Pd, ketua persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Kota Blitar. Namun meski ada sejumlah guru yang masih belum professional, menurutnya jumlahnya tidak sebesar itu. Sebab banyak diantara guru di Kota Blitar yang sudah mengantongi sertifikasi yang bisa dijadikan tolok ukur profesionalitas seorang guru. Dimana secara global dari sekitar 1400 guru mulai tingkat TK hingga SLTA, rata –rata per lembaga sekolah sekitar 30 hingga 40% nya sudah professional karena telah mengantongi sertifikasi guru.
“Untuk itu melihat masih adanya guru yang belum professional, sebagai organisasi guru PGRI Kota Blitar akan melakukan upaya peningkatan profesionalitas guru melalui seminar dan work shop, dengan sasaran guru yang telah bersertifikasi,” tambah pria yang juga sebagai kepala SMPN 3 Kota Blitar ini.(der)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
h2st